HARLAH ke-63 IPNU
PP IPNU Menyelenggarakan Diklat Jurnalistik: KOMPAS
Blusukan ke Pesantren
JAKARTA, WARTANU – Ikatan Pelajara Nahdhotul
Ulama (IPNU) berdiri pada 24 Februari 1954 di Semarang. Selang satu tahun,
tepatnya pada 2 maret 1955 dideklarasika Ikatan pelajar putri nahdhotul ulama
(IPPNU). Anggota IPNU dan IPPNU adalah pemuda pemudi yang berusia 15-27 tahun.
Kegiatannya antara lain adalah pengembangan hard
dan soft skill anggota, kaderisasi,
reorganisasi dll.
Dalam rangka memperingati
harlah ke-63 IPNU, Pengurus Pusat (PP) IPNU menyelenggarakan berbagai kegiatan
seperti pelatihan kader utama, socialbranding, dan tadarusan kebangsaan
sebagai acara puncak. Pada tahun 2017 ini, tema harlah yang diusung oleh
panitia adalah “Meneguhkan Peran Pelajar dan Santri dalam Meneguhkan NKRI.”
Rangkaian acara harlah IPNU kali ini terdapat kegiatan perdana yang diselenggarakan.
Yaitu, pendidikan dan pelatihan (Diklat) Jurnalistik bagi pelajar dan santri
yang digelar di Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Jakarta Barat.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Asep Irfan Mujahid, ketua umum PP IPNU
(27), ia menyatakan bahwa kegiatan yang akan berlangsung sejak 17-19 Pebruari
2017 itu, dihadiri oleh 62 peserta yang berasal dari beberapa pulau seperti
Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
Kegiatan diklat jurnalistik tersebut dibuka oleh Kiai Haji
Marsyudi Syuhud selaku pengasuh Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah. Selain
itu, hadir pula ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Andrea Darwis. Beliau
menyampaikan bahwa tujuan kegiatan diklat tersebut adalah untuk membangunkan
para pelajar dan santri ‘melek’ terhadap dunia literasi. “Semoga acara ini bisa
memproduksi penulis yang bijak, yaitu penulis yang baik, yang bisa menghasilkan
tulisan yang memiliki makna dan dampak positif serta mampu mengubah perilaku
pembaca karena ada hikmah yang bisa dipetik”, pungkasnya.
Asep menyatakan bahwa penyelenggarakan diklat jurnalistik
tersebut bekerja sama dengan media KOMPAS sebagai pemateri. “Ada enam materi
inti yang akan disampaikan oleh pihak KOMPAS. Materi-materi tersebut adalah:
penulisan berita, penggunaan bahasa dalam berita, penulisan feature,
keredaksian, teknik layout koran, dan teknik fotografi. Ke-enam materi
tersebut akan dikupas tuntas selama tiga hari”, ujarnya. Para peserta diberikan
kesempatan untuk bertanya di sela-sela penyampaian materi, dan pada tiap akhir
sesi peserta diberi tugas untuk mempraktikkan materi. Dalam rangka memotivasi
kesungguhan peserta, pihak KOMPAS mengadakan kompetisi berupa praktik membuat
satu halaman koran yang harus dipresentasikan di hari terakhir diklat. Selain
sebagai penyemangat, kompetisi tersebut juga merupakan salah satu bentuk fastabiqul
khoirat.
Selain sebagai fasilitator yang menyampaikan materi,
KOMPAS juga memberikan note book, pulpen, dan ID-Card bagi para
peserta secara gratis. Tidak hanya itu, KOMPAS juga menjadikan seluruh peserta
sebagai pelanggan koran KOMPAS selama satu bulan dengan membayar Rp 50.000.
Hal-hal tersebut dilakukan oleh KOMPAS untuk mengajak para pelajar dan santri
‘melek’ dengan dunia literasi dan mengundang ‘minat baca’ mereka.
Kegiatan tulis-menulis sangat erat kaitannya dangan
membaca. Pasalnya, membaca merupakan nutrisi bagi penulis. Dengan membaca orang
bisa melihat dunia, dan dengan menulis orang bisa menciptakan dunia. Jelas
bahwa membaca merupakan perintah Quran dalam surat Al-‘alaq, ‘Iqro’.
Oleh karena itu, membaca sangatlah penting bagi setiap orang, khususnya bagi
para pelajar dan juga para santri. Dengan demikian, diklat jurnalistik IPNU
bersama KOMPAS di Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah merupakan batu loncatan
bagi para pelajar dan santri untuk ‘melek’ informasi dan literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar